Pegertian Pemujaan
Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia pada Tuhannya yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual dan kecintaan ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya karena Tuhan pencipta alam semesta.
Allah adalah pencipta, tetapi Allah juga penghacur segalanya, bila manusia mengabaikan segala perintahnya. Karena itu ketakutan manusia selalu mendampingi hidupnya dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia memujanya. Pemujaan itu sebenarnya karena manusia ingin berkomunikasi dengan Tuhannya.
Dalam seni prosa misalnya banyak cerita yang mengagumkan nama Tuhan misalnya roman “Di Bawah Lindungan Ka’bah” karangan almarhum Hamka yang menitik beratkan pada kehidupan agama sebagai latar belakang cerita.
Studi Kasus
Dalam sebuah novel karangan almarhum Hamka diceritakan tentang Hamid menjadi anak yatim setelah berumur 4 tahun. Sepeninggal ayahnya, ibu Hamid berjualan kue dan Hamid yang menjajakannya. H. Jafar yang hartawan dan dermawan memungut Hamid untuk disekolahkan bersama-sama putri tunggal H. Jafar, yang umurnya 2 tahun lebih muda dari Hamid, namanya Zainab. Hamid dan Zainab dianggap abang dan adik. Setelah tamat dan berijazah mulo, Zainab tinggal dirumah, masuk pingitan. Sedangkan Hamid bersekolah agama di Padang Panjang. Perpisahan ini membuat Hamid kesepian. Karena dengan diam-diam masing-masing abang dan adik itu bersemi benih cinta dihatinya.
Malang tak dapat ditolak. H. Jafar meninggala dunia. Kematian ini membuat perubahan besar pada Hamid. Ia jarang mendatangi Zainab “kekasihnya dan ibunya”.
Sebelum ibu Hamid meninggal dunia, ia berpesan agar Hamid melupakan cintanya kepada Zainab, karena antara Zainab dan dia tidak sepadan kedudukannya dimasyarakat.
Mak Asiah, ibu Zainab minta kepada Hamid untuk membujuk Zainab agar Zainab mau menikah dengan kemenakan almarhum H. Jafar, ayahnya, dengan maksud agar kekeluargaan teteap utuh. Betapa berat hati Hamid menyampaikan permintaan ibu angkatnya itu untuk membujuk “kekasihnya” agar mau menikah dengan orang lain.
Tugas itu dilaksanakan, namun Zainab tak hendak menikah dulu sesudah peristiwa itu, Hamid meninggalkan sepucuk surat kepada Zainab, bahwa ia akan pergi dengan tujuan tak menentu. Dalam perantauannya sampailah ia ke tanah suci, Mekkah. Disana ia bertemu Saleh, kawan sekolah di Padang Panjang dahulu.
Ratna istri Saleh, kawan akrab Zainab. Berkirim surat kepada suaminya di Mekkah, antara lain menceritakan bahwa Zainab sakit sepeninggal Hamid. Dan dalam surat itu diterangkan bahwa Zainab selalu menunggu kedatangan Hamid. Zainab pun berkirim surat kepada Hamid yang menyatakan bila Hamid tak kunjung datang, ia akan meninggal dunia. Karena surat Zainab itu, Hamid jatuh sakit. Demamnya makin keras pada waktu berwukuf di Arafah. Dalam keadaan yang gawat datang telegram dari istri Saleh, bahwa Zainab meninggal dunia. Mendengar berita itu, Hamid yang sedang ditandu dalam bertawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kalinya ia meninggal dibawah lindungan Ka’bah dengan senyuman tanda rela dan sempurna.
Hamid yang tak tersampaikan cintanya tak terbalas lebih suka mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam roman ini kita jumpai moral yang tinggi para pelakunya. Kehalusan perasaan tokoh utamannya Hamid dan Zainab dilukiskan dengan indah oleh penulisnya. Betapa hancur hati seorang kekasih yang harus menasihati kekasihnya agar mau menikah dengan orang lain. Padahal kekasihnya adalah belahan hatinya. Bagaimana orang sampai hati menyerahkan belahan hatinya kepada orang lain. Pesan ibunya agar melupakan cintanya kepada Zainab tertanam dalam hatinya karena itu ia lebih suka menjauhkan diri.
Opini:
Menurut saya, Pemujaan merupakan suatu ungkapan manusia kepada ALLAH SWT. Dengan melakukan suatu Pemujaan, manusia itu telah menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang ALLAH berikan.
Sumber:
MKDU: Ilmu Budaya Dasar Universitas Gunadarma