Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kepada TUHAN YME
, yang telah memberikan rahmat-NYA kepada saya sehingga hari ini saya masih
bisa mengerjakan tugas ini dalam keadaan sehat .
Dalam tulisan saya
kali ini , saya akan membahas tentang FENOMENA ALAM TSUNAMI . Dan saya
berharap, tulisan saya ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
BAB 1
Pendahuluan
Bencana alam adalah
konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti
letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia,
akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian
dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Pemahaman ini
berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu
dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya
tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia,
misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian
istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya
bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia.
BAB 2
Pembahasan
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di
pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut
tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala
arah.
Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap
fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan
kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang.
Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju
gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika
mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami
menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat
hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga
puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi
karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang
diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan,
tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan
genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides
merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah lain. Namun
hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim.
Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami
sebagai "gelombang laut seismik".
Beberapa kondisi meteorologis,
seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter
diatas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa
menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa
menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar)
pada Mei 2008.
Wilayah di
sekeliling Samudra Pasifik
memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan
peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di
sekeliling Samudera Hindia
sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan
berpusat di Indonesia.
Bukti-bukti historis
menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa
pulau dapat tenggelam
Secara Terminologi ,
kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti gelombang. Tsunami sering terjadi Jepang.
Sejarah Jepang mencatat setidaknya 195 tsunami telah terjadi.
Pada beberapa
kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam tahun-tahun
terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam
komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan
tsunami. Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai
gelombang pasang yang tinggi.
Tsunami dan
gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke daratan,
namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih
lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi.
Meskipun pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi
"kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan gelombang
pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada
pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis
sangat tidak merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.
Hanya ada beberapa
bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang merusak ini. Aazhi
Peralai dalam Bahasa Tamil, ië
beuna atau alôn buluëk (menurut dialek) dalam Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai
catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia, bahasa utama di Filipina, alon
berarti "gelombang". Di Pulau Simeulue, daerah pesisir barat Sumatra,
Indonesia, dalam Bahasa Defayan,
smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa Sigulai, emong berarti
tsunami.
Penyebab Terjadi Tsunami
Skema terjadinya tsunami
Tsunami dapat
terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air,
seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah
akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami
diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal
pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut
naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air
yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air
laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan
terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang
tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana
kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai
pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat
merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami
hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi
gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air.
Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai
dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini
dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar.
Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup
ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang
terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan
gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan
gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara
tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan
meter.
Gempa yang
menyebabkan tsunami :
- Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
- Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
- Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
Bencana Gempa dan Tsunami Aceh,26 Desember 2004
Gempa
bumi tektonik berkekuatan 8,5 SR berpusat di Samudra India (2,9 LU dan 95,6 BT
di kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km selatan kota Meulaboh,
Nanggroe Aceh Darussalam). Gempa itu disertai gelombang pasang (Tsunami) yang menyapu
beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri
Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan Thailand.
Menurut Koordinator Bantuan Darurat Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), Jan Egeland, jumlah
korban tewas akibat badai tsunami di 13 negara (hingga minggu 2/1) mencapai
127.672 orang. Namun jumlah korban tewas di Asia Tenggara, Asia
Selatan, dan Afrika Timur yang sebenarnya tidak akan pernah bisa diketahui,
diperkirakan sedikitnya 150.000 orang. PBB memperkirakan sebagian besar dari
korban tewas tambahan berada di Indonesia. Pasalnya, sebagian besar bantuan
kemanusiaan terhambat masuk karena masih banyak daerah yang terisolir.
Sementara itu data jumlah korban tewas di propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara menurut Departemen Sosial RI
(11/1/2005) adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut kantor berita Reuters,
jumlah korban Tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling
banyak diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total
luka-luka sebanyak 124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami
rakyat Aceh dan Sumatera Utara.
itulah kisah suram 5 tahun silam yang terjadi di
penghujung tahun 2004 silam. Namun, seiring waktu berjalan, segala perbaikan
terus berjalan. Setidaknya, begitulah yang terbaca dan terdengar di media
massa.
Akan tetapi, ironinya, masih terlihat adanya
barak-barak yang berpenghuni, seperti di bantaran sungai Krueng Aceh,
yang di kenal dengan Barak Bakoy. Memang kita tidak bisa
menduga, apa yang terjadi ? Dengan dana yang melimpah, di dukung oleh sumber
daya manusia yang multi culture, high intelegence, tapi
semua ini masih terhidang di depan kita.
Sistem Peringatan Dini
Banyak kota-kota di
sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii, mempunyai sistem
peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian
tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan
proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar
atu permukaan laut yang terknoneksi dengan satelit.
Perekam tekanan di
dasar laut bersama-sama denganperangkat yang mengapung di laut buoy,
dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh
pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan
untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawai
pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi
setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960.
Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun
1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada
tahun 1965.
Salah satu sistem
untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang di pantai
Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest
Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu
tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya masih banyak
yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah laut dan
kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik
telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah
sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian
tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan.
Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas topografi dan
batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan,
bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak
rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.
Sistem
Peringatan Dini Tsunami di Indonesia
Pemerintah
Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah mengembangkan Sistem
Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System -
InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan
peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami.
Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan
dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem
Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem
Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah
pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-pemerintah.
Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan
Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk
mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan
peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan
Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko, Peramalan,
Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut),
Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.
Cara
Kerja Sistem Peringatan Dini
Sebuah Sistem
Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan
melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan
bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi
suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat
gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui
satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang
disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan
dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan
tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah
dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN
TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan
sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan
konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini
juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui
beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media).
Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada
masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna
ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa
tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET
(Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System)
dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta
banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak peralatan canggih
yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem
Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang
tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO
FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga
dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang
mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ?
jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu tidak ada
listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya
kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup
memadai
Tsunami
dalam sejarah
- 1 November 1755 - Tsunami menghancurkan Lisboa, ibu kota Portugal, dan menelan 60.000 korban jiwa.
- 1883 - Pada tanggal 26 Agustus, letusan gunung Krakatau dan tsunami menewaskan lebih dari 36.000 jiwa.
- 2004 - Pada tanggal 25-26 Desember 2004, gempa besar yang menimbulkan tsunami menelan korban jiwa lebih dari 250.000 di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Afrika. Ketinggian tsunami 35 m,
- 2006 - 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal dari selatan kota Ciamis
- 2007 - 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggian tsunami 3-4 m.
- 2010 - 27 Februari, Santiago, Chili
- 2010 - 26 Oktober, Kepulauan Mentawai, Indonesia
Penutup
Puji
dan syukur saya panjatkan epada TUHAN YME yang telah memberikan nikmat-NYA
sehingga saya dapat menyelesaikan tulisan ini dengan tepat waktu .Namun ,
sebagai manusia saya tidak luput dari salah. Maka dari itu , apabila terdapat
kesalahan dalam kata maupun penulisan , saya mohon maaf. Terima Kasih .
Daftar
Pustaka